Indonesia Luncurkan Kesiapsiagaan dan Respon dalam menghadapi Pandemi Influenza

Jakarta, April 18, 2008 – Pemerintah Indonesia meluncurkan Pedoman Nasional Kesiapsiapsiagaan dan Respon dalam Menghadapi Pandemi Influenza (National Pandemic Preparedness and Response Plan/NPPRP) untuk mengantisipasi kejadian terburuk terjadinya penularan flu burung antar manusia.

Peluncuran dokumen NPPRP tersebut diikuti dengan pengumuman rencana pelaksanaan simulasi penanggulangan episenter pandemi influenza pada 25 hingga 27 April 2008 di Bali. Simulasi tersebut ditujukan untuk menguji pelaksanaan dokumen NPPRP.

“Indonesia mengambil langkah proaktif.” kata Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal Bakrie, yang juga menjabat sebagai Ketua Komite National Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (KOMNAS FBPI), yang melalui Peraturan Presiden No. 7 tahun 2006 bertugas membantu peningkatan kesiapsiagaan dan tanggap darurat menghadapi kemungkinan pandemi flu burung sebagai akibat mutasi virus H5N1.

Dokumen NPPRP tersebut disusun KOMNAS FBPI melalui diskusi panjang dengan para pakar kesehatan nasional dan internasional, perwakilan pemerintah, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Merujuk pada data PBB, hanya beberapa negara di dunia yang berhasil menyusun dokumen rencana kesiapsiagaan pandemi dan hanya sebagian kecil saja yang kemudian melakukan pengujian melalui simulasi.

“NPPRP ini merupakan dokumen hidup, dalam arti akan terus disempurnakan dengan berjalannya waktu,” ujar Bayu Krisnamurthi, Ketua Pelaksana Harian KOMNAS FBPI.

Untuk menguji dokumen NPPRP tersebut, pemerintah akan menyelenggarakan Simulasi Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza di Bali, 25-27 April 2008.

Skenario kondisi pandemi yang dipakai sebagai acuan dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tertular secara klinis

66 juta jiwa

(30% x populasi RI)

Perawatan pasien rawat jalan

33 juta

(50% x populasi yang terinfeksi secara klinis)

Dirawat di rumah sakit*)

633.600 jiwa

(1.92% x pasien rawat jalan)

Membutuhkan perawatan di ICU*)

95.040 jiwa

(15% x pasien yang dirawat di RS)

Membutuhkan dukungan Ventilator*)

47.520 jiwa

(50% x pasien yang dirawat di ICU)

Meninggal*)

153.120 jiwa

(0.232% x populasi yang terinfeksi secara klinis)

Skenario tersebut mengacu pada perhitungan tingkat keparahan yang meninggal serupa dengan “Flu Asia atau Flu Hongkong” tahun 1968.

Indonesia akan menjadi salah satu dari negara pertama di dunia yang menguji dokumen perencanaan kesiapsiagaan pandeminya dalam skala besar,” kata Bayu.

Simulasi Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza Digelar di Jembrana

Sampai saat ini belum terjadi penularan virus flu burung antar manusia. Namun, untuk mengantisipasi dan mencegah meluasnya penularan apabila terjadi episenter pandemi influenza, pemerintah akan laksanakan Simulasi Penanggulangan Episenter Influenza di Desa Dangin Tukadaya, Kab. Jembrana Bali dari tanggal 25-27 April 2008.

Kegiatan itu akan melibatkan kurang lebih 1000 orang yang mewakili pemerintah dan non-pemerintah, TNI dan POLRI. Dalam simulasi tersebut akan diujicobakan tujuh dari delapan pilar kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza, yaitu; komando pengendalian, surveilans dan dukungan laboratorium, respons medis dan kesehatan masyarakat, karantina dan pengawasan mobilitas orang dan barang, pembatasan kegiatan sosial, pemulihan dan rehabilitasi, dan komunikasi risiko.

Desa Dangin Tukadaya disimulasikan sebagai tempat Episenter Pandemi Influenza yaitu lokasi pertama kali ditemukannya kasus penularan flu burung antar manusia. Lokasi lainnya sebagai tempat simulasi adalah Puskesmas Kec. Jembrana, rumah sakit Negara Kab. Jembrana, RS Tabanan Kab. Tabanan dan RS Sanglah Denpasar (dua rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan flu burung) di Provinsi Bali, kata Menkes Dr. Siti Fadilah Supari.

Menkes menambahkan, selain Puskesmas dan rumah sakit, Bandara Internasional Ngurah Rai juga digunakan sebagai lokasi simulasi dalam rangka karantina dan pengawasan lalu lintas orang dan barang yang pernah mengunjungi/berasal dari lokasi episenter.

Menurut Menkes, tujuan simulasi adalah mempersiapkan masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, LSM, media massa, pegawai swasta dan aparat pemerintah agar bergerak cepat secara bersama-sama untuk memutus mata rantai penyebaran flu yang mematikan.

Bertindak sebagai penanggung jawab Simulasi adalah Dr. I Nyoman Kandun, MPH, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Sedangkan sebagai Kepala Pusat Komando dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P (K). MARS, Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Depkes.

Kepala Pusat Komando, dibantu 4 deputi yaitu Deputi Lapangan/Desa, Deputi Komunikasi, Deputi Kabupaten dan KKP serta Deputi Tabanan. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Pusat Komando dibantu 3 orang Koordinator yaitu Koordinator Wasdal, Pemantau dan Komentator. Selain itu, bertindak sebagai Ketua Penyelenggara adalah dr. Marwan T. Nusri, MPH, Sekretaris Ditjen P2PL Depkes., ujar Menkes.

Pada kegiatan simulasi akan ada pengamat baik dari dalam dan luar negeri. Mereka itu adalah wakil dari badan internasional, tamu negara asing, organisasi profesi, pejabat pusat (lintas sektor), RS Rujukan Flu Burung, UPT Depkes (KKP, BTKL-PPM, dan RS Penyakit Infeksi Dr. Sulianti Saroso) serta Dinas Kesehatan Provinsi, kata dr. Siti Fadilah.

Saat ini virus H5N1 sudah menyebar di Asia, Eropa dan Afrika yaitu : Azerbaijan, Kamboja, China, Djibouti, Mesir, Indonesia, Irak, Laos, Myanmar, Nigeria, Pakistan, Thailand, Turki dan Vietnam dengan angka kematian yang tinggi.

Influenza merupakan virus yang dapat bermutasi dan dapat menular ke manusia. Oleh karena itu virus ini juga mengancam kesehatan manusia dan berpotensi terjadi mutasi atau reasortment sehingga mudah terjadi penularan antar manusia. Karena itu Simulasi ini penting untuk meningkatkan kewaspadaan dan kecepatan bertindak untuk menanggulanginya, papar Menkes.

Flu Burung adalah penyakit mematikan namun dapat dicegah dengan cara yang sederhana, yaitu:

  1. Cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah makan. Cuci pula dengan sabun, tangan dan peralatan masak sebelum dan setelah memasak serta saat menyajikan masakan. Masak ayam dan telur ayam sampai matang sebelum dikonsumsi.
  2. Jangan sentuh unggas yang sakit atau mati. Jika terlanjur, cepat-cepat cuci tangan pakai sabun. Segeralah melapor pada ketua RT/RW atau kepala desa.
  3. Kandangkan unggas dan pisahkan dari pemukiman. Pisahkan unggas baru dengan ungas lama selama 2 minggu. Bersihkan kandang unggas secara rutin minimal 1 minggu sekali.
  4. Periksakan diri ke dokter, Puskesmas atau rumah sakit jika mengalami gejala flu dan demam, terutama setelah berdekatan dengan unggas. Pengobatan dan penanganan pasien akan efektif jika penderita mendapat perawatan sesegera mungkin, dan tidak lebih dari 2 hari setelah gejala muncul.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi:

Bidang Komunikasi KOMNAS FBPI

Telp: 021 385 4227

Email: komunikasi.fbpi@gmail.com

Pusat Komunikasi Publik Departemen Kesehatan

Telp: 021 522 3002

Email: puskom.publik@yahoo.com

Tidak ada komentar: